Jumat, 05 Juni 2015

pemeriksaan skul

  Anatomi Skull

Skull atau tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk pula mandibula, yaitu tulang rahang bawah. Tengkorak terdiri atas 22 tulang (atau 28 tulang termasuk tulang telinga)dan ditambah lagi 2 atau lebih tulang-tulang rawan hidung yang menyempurnakan bagian anteroinferior dari dinding-dinding lateralis dan septum hidung (nasal).Adapun pembagiannya dapat di gambarkan sebagai berikut 1.      8 buah tulang tengkorak (cranial bones)
Tulang – tulang yang berfungsi melindungi otak (gubah otak), terdiri dari :
·         1 os. Frontal
·         2 os. Parietal
·         1 os. Occipital
·         1 os. Ethmoid 
·         1 os. Sphenoid
·         2 os. Temporal
·      Ditambah  
      2 Os. Maleus
·   2 Os. Inkus         -->>    os. telinga
·   2 Os. Stapes  

2.      14 tulang rangka muka (facial bones)
Berfungsi memberi bentuk, struktur  pada wajah serta menyokong tulang-tulang di dalam wajah,  Bersama-sama cranial membentuk lengkung mata (eye sockets), tediri dari :
·         2 os. maxillary bones
·         2 os. nasal 
·         2 os. lacrimal 
·         2 os. zygoma  (malar)
·         2 os. palatine
·         2 os. inferior nasal conchae 
·         1 os. vomer 
                        1 os. mandible

  Landmark Dalam Pemeriksaan Radiografi Skull

Saat memposisikan kepala pasien, harus diperhatikan bentuk wajah dan variasi anatomis landmark untuk dapat menentukan bidang yang akan digunakan setepat mungkin disesuaikan dengan posisi kaset. Telinga, hidung, dan dagu bukanlah patokan yang tepat. bagian tubuh seperti mastoid tipos, dan orbital margin merupakan landmark yang tepat.   
 Adapun beberapa garis anatomi yang digunakan sebagai landmark pemeriksaan radiografi skull antara lain :  

Gb. 2. Anterior Landmark



2.2.                 Teknik Pemeriksaan Radiografi Skull
Ada lima posisi dasar yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan radiografi skull, yakni :
·         PA
·         PA Axial (Caldwell)
·         Lateral
·         AP Axial (Towne)
·         SMV (Submentovertical).
Ringkasan singkat mengenai proyeksi pemerikaan radiografi skull dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 
Tabel 1. Proyeksi Pemeriksaan Radiografi Skull (dalam bahasa Inggris)
Towne Methode (AP Axial)
             Deskripsi :
            Meskipun metode towne menunjukkan keadaan umum, pada tahun 1912 Grashey mempresentasikan deskripsi pertamanya poyeksi AP Axial tulang kranium. Tahun 1926 Altschul merekomendasikan dengan tekanan dagu dan CR langsung melewati foramen magnum dngan sudut 400 ke caudad. Towne merkomendasikan bahwa dengan tekanan dagu, CR langsung MSP dari titik 3 inci (7,5 cm) di atas alis ke foramen magnum.Towne tidak spesifik memberikan sudut CR, tapi tentu saja ini akan tergantung pada kelenturan leher. 
Gb. 3. Towne Method

3.2.      Teknik Pemeriksaan Methode Towne
3.2.1.     Indikasi Pemeriksaan
   Berhubung menurut sumber yang di dapat tidak ada yang menyebutkan alasan klinis khusus mengenai penggunaan methodetowne, maka dapat dikatakan penggunaan methode towne pada pemeriksaan skull bertujuan untuk mendapatkan detail gambaran anatomi daripada tulang oksipital dan foramen magnum. Di samping juga dorsum sellae, petrous bones, dan juga os. mastoids
            3.2.2.     Persiapan Pasien dan Persiapan Alat
            a. Persiapan Pasien
            Beberapa persiapan yang perlu dilakukan terhadap pasien antara lain : 
  • Melepaskan benda-benda logam yang dikenakan pasien di daerah yang akan diperiksa seperti : perhiasan-perhiasan logam agar tidak merusak gambar radiografi. 
  • Mempersilahkan pasien untuk mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju khusus yang telah dipersiapkan sebelumnya.                      
   b. Persiapan Alat
Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat pemeriksaan radiografi antara lain : 
  • Pesawat sinar-X (faktor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi pesawat) 
  • Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa (untuk method towne digunakan ukuran 10 x 12 inchi (24 x 30 cm) 
  • Marker (pemberi tanda R :rightL :left) 
  • Alat fiksasi (mencegah pergerakan objek seperti : sand bag, spoon, dsb)Posisi Pasien 
    • Pasien dalam keadaan supine/duduk tegak, pusatkan MSP tubuh ke garis tengah grid. 
    • Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan atur bahu untuk dibaringkan dalam bidang horizontal yang sama. 
    • Pasien hyprshenic dalam posisi duduk tegak jika memungkinkan. 
    • Bila ini tidak memungkinkan, untuk menghasilkan proyeksi yang diinginkan pada bagian oksipital asal oleh penyudutan CR Caudad dengan mengangkat kepala dan mengaturnya dalam posisi horizontal. Stewart, merekomendasikan sudut 400. Proyeksi oksipitofrontal ditemukan oleh Hass dapat digunakan dalam proyeksi AP Axial pada pasien hypersthenic. 
    • Metode Hass  adalah kebalikan dari proyeksi AP Axial (Towne), tapi memberikan hasil sebanding. Posisi Objek
      •  Atur pasien sehingga MSP tegak lurus dengan garis tengah kaset. 
      • Fleksikan leher secukupnya, garis orbito meatal tegak lurus ke bidang film. 
      • Bila pasien tidak dapat memfleksikan lehernya, aturlah aturlah sehingga garis infra orbito meatal tegaklurus dan kemudian menmbah sudut CR 70 . 
      • Untuk memperlihatkan bagian oksipito basal atur posisi film sehingga batas atas terletak pada puncak cranial. Pusatkan kaset pada foramen magum. 
      • Untuk membatasi gambaran dari dorsum sellae dan ptrous pyramid, atur kaset sehingga titik tengah akan bertepatan dengan CR 
      • Periksa kembali posisi dan imobilisasi kepala. 
      • Tahan napas saat ekspose. 
      Gb. 4. Posisi Pasien method towne (supine)FFD (SID) : 40 inchi (96 cm)
                  3.2.6.      Arah Sinar (CR) dan Titik Bidik (CP)
      ·         CR (central ray) = Untuk pemeriksaan umum, arahkan CR ke foramen magnum dengan penyudutan caudad (1) 300 ke garis orbito meatal atau (2) 370 ke garis infraorbitomeatal.
      ·         CP (central point) = diarahkan menuju MSP (mid sagittal plane) dengan titik kira-kira   2-2,5 inchi (6 cm) diatas glabella, dan diarahkan ke pertengahan film.Struktur Gambar dan Kriteria Gambar
      -  Struktur Gambar yang Tampak
      Proyeksi AP Axial menunjukkan gambaran simetris dari petrous pyramid, bagian posterior, foramen magnum, tulang oksipital dan bagian posteiror tulang parietal, proyeksi dorsum sellae dan procesus clinoid dalam foramen magnum. Proyeksi ini juga digunakan untuk mempelajari tomographic telinga, canal wajah, foraminal jugular dan foramina rotundum.
      - Kriteria Gambar
      *  Hal-hal berikut seharusnya diperlihatkan dengan jelas :
      ·           Jarak dari batas lateral tengkorak ke tepi lateral foramen magnum sama kedua sisinya.
      ·           Petrous pyramid sama kedua sisinya.
      ·           Dorsum sellae dan procesus clinoid posterior tampak dalam foramen magnum
            Tulang oksipital dan foramen magnum harus tampak jelasProteksi Radiasi
      Untuk petugas
      o   Atur jarak (min 1 m)
      o   Shielding (pelindung Pb)
      o   Waktu (s)
      Untuk Pasien
      o  Faktor Eksposi (kV, mA, s)
      o  Shield gonads (apron)
      o Batasi lapangan / area penyinaran






sumber:http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/01/pemeriksaan-radiografi-skull-methode.html


Kamis, 14 Mei 2015

peralatan radiologi

  • Peralatan Pemancar Gelombang, dimana peralatannya memancarkan gelombang (memiliki generator pemancar gelombang):
    • CT Scan, memancarkan gelombang radioaktif
    • PET Scan, memancarkan gelombang radioaktif, dapat mendeteksi fungsi organ
    • USG, memancarkan gelombang ultrasonik, paling murah dan paling aman, tapi tak dapat mendeteksi lambung, usus atau bagian tubuh lainnya yang mengandung gas
    • MRI, memancarkan gelombang magnetik yang sangat kuat, relatif aman, hanya saja paling mahal, tetapi hasilnya paling baik dan dapat mendeteksi kelainan jaringan lunak, misalnya pembuluh darah, kista, tumor, dsb-nya
  • Peralatan penangkap gelombang, dimana peralatannya menangkap gelombang radioaktif yang dipancarkan bagian tubuh tertentu yang mengandung isotop radio aktif
    • SPECT, menggunakan isotop sinar gamma dosis sangat rendah yang relatif aman bagi tubuh dimana isotop tersebut dapat dipilih yang sesuai untuk kepentingan diagnosa dengan memperhatikan waktu paruhnya (maksimum dalam hitungan jam). SPECT sekarang ini telah ada yang menggunakan 2 atau 3 detektor sinar gamma, dimana waktu proses pencitraannya lebih singkat dengan resolusi yang lebih baik dan juga dapat mendeteksi fungsi organ pencitraan tersebut
  • Gabungan SPECT dengan CT Scan atau PET Scan, memaksimalkan penggunaan isotop dosis rendah yang aman dari SPECT dengan pencitraan yang bagus dari CT Scan atau PET Scan (yang digunakan hanya alat penangkap gelombang dari CT Scan atau PET Scan tersebut dan generator radioaktifnya dimatikan)
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Radiologi